Selasa, 31 Agustus 2010

MANAJEMEN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLA DISEKOLAH

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak kalangan menilai bahwa mutu pendidikan di Indonesia masih tergolong memprihatinkan. Hal ini sudah barang tentu menjadi tantangan bagi setiap elemen yang terlibat dalam pendidikan bagaimana meningkatkan mutu pendidikan itu sendiri. Sebagaimana diyakini bahwa mutu pendidikan sangat berbanding lurus dengan mutu (kualitas) para pendidiknya. Artinya, kualitas suatu pendidikan sangat dipengaruhi oleh seberapa tinggi tingkat profesionalitas para pendidiknya.
UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan PP Nomor 19/2005 telah merumuskan parameter bagaimana seorang guru bisa dikategorikan sebagai pendidik yang profesional. Merujuk pada UU dan PP di tersebut, seorang pendidik dikatakan memiliki keprofesionalan jika mereka setidaknya memiliki 4 kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial. Namun demikian untuk menjadi pendidik profesional diperlukan usaha-usaha yang sistemik dan konsisten serta berkesinambungan dari pendidik itu sendiri dan pihak pengambil kebijakan.
Selain aspek profesionalitas guru, hal penting lainnya yang harus dilakukan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan adalah pembaruan dalam efektivitas metode pembelajaran[3]. Pembaruan efektivitas metode pembelajaran dimaksudkan bahwa harus ada upaya terobosan untuk mencari strategi dan metode pembelajaran yang efektif oleh guru di dalam kelas.
Pada saat ini kita masih sering melihat model pembelajaran yang konvensional berlangsung di berbagai lembaga pendidikan. Sebuah sistem dimana guru selalu ditempatkan sebagai pihak ”serba bisa” yang berkuasa sepenuhnya untuk mentransfer berbagai ilmu pengetahuan dan memberikan doktrin-doktrin. Sementara itu, siswa sebagai obyek penerima ilmu pengetahuan harus melaksanakan segala doktrin yang disampaikan oleh guru tanpa boleh membantah. Ketika mengajar di kelas, sang guru seolah-olah mempunyai hak penuh untuk berbicara, sementara siswa harus diam mendengarkan dengan baik tanpa diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan kritisnya.
Kondisi guru yang demikian dominan setidaknya berakibat kepada lahirnya superioritas guru dan minimnnya input dari pihak lain demi perbaikan kinerja guru. Hal ini bisa difahami, sebab semakin superior seorang guru, maka ada ”ketakutan” dari pihak lain untuk memberikan masukan kepada guru tersebut. Akibat selanjutnya mereka tidak pernah mengetahui apakah pembelajaran yang dilakukan sudah benar dan baik, demikian juga apakah metode yang mereka lakukan telah efektif bisa diterima oleh siswa atau belum.
Fenomena guru diatas, tidak bisa dipungkiri terjadi juga pada guru-guru PAI (Pendidikan Agama Islam) yang mengajar di sekolah umum (non agama). Melihat kenyataan ini, perlu kiranya kita mencari solusi pemecahan yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut. Pertanyaannya sekarang adalah sistem pengajaran yang bagaimanakah yang dapat dijadikan alternatif untuk meningkatkan kualitas pendidikan kita? Strategi dan metode pengajaran yang bagaimanakah yang dapat dijadikan alternatif terbaik untuk anak didik kita?
Dalam konteks inilah Lesson Study diyakini mampu meningkatkan profesionalisme pendidik, sebab Lesson Study merupakan model pembinaan profesi pendidik secara kolaboratif dan berkesinambungan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Dengan kata lain, Lesson Study diyakini mampu menjadi lokomotif penggerak gerbong pendidikan. Konon, Jepang sebagai negeri asal Lesson Study (Jugyokenkyu), mampu menjadi kiblatnya reformasi pendidikan bagi banyak negara maju, salah satunya karena menjadikan Lesson Study sebagai budaya dan basis pembelajaran yang terus-menerus dikembangkan.







BAB II
PEMBAHASAN
MANAJEMEN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLA DISEKOLAH
A. Pentingnya Lesson Study Bagi Pembelajaran PAI
Selama pendidikan masih ada, maka selama itu pula masalah-masalah tentang pendidikan akan selalu muncul dan orang pun tak akan henti-hentinya untuk terus membicarakan dan memperdebatkan tentang keberadaannya, mulai dari hal-hal yang bersifat fundamental-filosofis sampai dengan hal-hal yang sifatnya teknis-operasional. Sebagian besar pembicaraan tentang pendidikan terutama tertuju pada bagaimana upaya untuk menemukan cara yang terbaik guna mencapai pendidikan yang bermutu dalam rangka menciptakan sumber daya manusia yang handal, baik dalam bidang akademis, sosio-personal, maupun mental-spiritual.
Salah satu masalah atau topik pendidikan yang belakangan ini menarik untuk diperbincangkan yaitu tentang Lesson Study, yang muncul sebagai salah satu alternatif guna mengatasi masalah praktik pembelajaran yang selama ini dipandang kurang efektif. Seperti dimaklumi, bahwa sudah sejak lama praktik pembelajaran di Indonesia termasuk pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada umumnya cenderung dilakukan secara konvensional yaitu melalui teknik komunikasi oral dengan didominasi metode ceramah.
Dalam kasus pembelajaran PAI, praktik pembelajaran konvesional semacam ini lebih cenderung menekankan pada bagaimana guru mengajar (teacher-centered) dari pada bagaimana siswa belajar (student-centered), dan secara keseluruhan hasilnya dapat kita maklumi yang ternyata tidak banyak memberikan kontribusi signifikan bagi peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran siswa. Untuk merubah kebiasaan praktik pembelajaran dari pembelajaran konvensional ke pembelajaran yang berpusat kepada siswa memang tidak mudah, terutama di kalangan guru yang tergolong pada kelompok laggard (penolak perubahan/inovasi). Dalam kondisi seperti ini, Lesson Study tampaknya dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif guna mendorong terjadinya perubahan dalam praktik pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Indonesia menuju ke arah yang jauh lebih efektif.
Catherine Lewis[8], berdasarkan hasil observasinya terhadap berbagai implementasi Lesson Study mengemukakan nilai positif implementasi Lesson Study antara lain:
1. Tujuan bersama untuk jangka panjang. Lesson study didahului adanya kesepakatan dari para guru tentang tujuan bersama yang ingin ditingkatkan dalam kurun waktu jangka panjang dengan cakupan tujuan yang lebih luas, misalnya untuk materi pembelajaran PAI tentang pengembangan sikap toleransi dan empati, pengembangan akhlakul karimah, pengembangan kesalehan individual dan sosial siswa, pengembangan kemampuan akademik siswa terhadap mata pelajaran PAI yang bersifat pemahaman konsep, pengembangan pembelajaran yang menyenangkan, mengembangkan kreatifitas dan kerajinan siswa dalam belajar, dan sebagainya.
2. Materi pelajaran yang penting. Lesson study memfokuskan pada materi atau bahan pelajaran yang dianggap penting dan menjadi titik lemah dalam pembelajaran siswa serta sangat sulit untuk dipelajari siswa. Untuk materi PAI misalnya tema-tema yang terkait dengan praktik fiqih seperti praktik berwudlu’, sholat, haji dan lain sebagainya yang sangat penting dipahami dan dikuasai siswa terlebih dahulu.
3. Studi tentang siswa secara cermat. Fokus yang paling utama dari Lesson Study adalah pengembangan dan pembelajaran yang dilakukan siswa, misalnya, apakah siswa menunjukkan minat dan motivasinya dalam belajar PAI, bagaimana siswa bekerja dalam kelompok kecil dalam mendiskusikan sebuah tema dalam materi PAI, bagaimana siswa melakukan tugas-tugas PAI yang diberikan guru, serta hal-hal lainya yang berkaitan dengan aktivitas, partisipasi, serta kondisi dari setiap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran PAI. Dengan demikian, pusat perhatian tidak lagi hanya tertuju pada bagaimana cara guru dalam mengajar PAI sebagaimana lazimnya dalam sebuah supervisi kelas yang dilaksanakan oleh kepala sekolah atau pengawas sekolah.

4. Observasi pembelajaran secara langsung. Observasi langsung boleh dikatakan merupakan jantungnya Lesson Study. Untuk menilai kegiatan pengembangan dan pembelajaran PAI yang dilaksanakan siswa tidak cukup dilakukan hanya dengan cara melihat dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Lesson Plan) atau hanya melihat dari tayangan video, namun juga harus mengamati proses pembelajaran PAI secara langsung di kelas nyata. Dengan melakukan pengamatan langsung, data yang diperoleh tentang proses pembelajaran PAI akan jauh lebih akurat dan utuh, bahkan sampai hal-hal yang detil sekali pun dapat digali. Penggunaan videotape atau rekaman bisa saja digunakan hanya sebatas pelengkap, dan bukan sebagai pengganti.
Dalam konteks pembelajaran Pendidikan Agama Islam, diyakini bahwa praktek dan implementasi pola Lesson Study secara berkelanjutan akan mampu meningkatkan profesionalisme guru-guru PAI yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan kualitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam itu sendiri. Oleh karena itu, implementasi Lesson Study untuk pembelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan terobosan strategis dalam peningkatan kualitas pembelajaran PAI yang mutlak segera dijadikan sebagai tradisi peningkatan mutu pembelajaran.



B. Implementasi Lesson Study dalam Pembelajaran PAI
Untuk dapat memulai kegiatan lesson study dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam maka diperlukan perubahan dari dalam diri guru PAI itu sendiri sehingga –paling tidak- memiliki sikap sebagai berikut:
1. Semangat introspeksi terhadap apa yang sudah dilakukan selama ini terhadap proses pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan mengajukan pertanyaan terhadap diri sendiri dengan pertanyaan seperti:
a. Apakah saya sudah melakukan tugas sebagai guru PAI dengan baik?
b. Apakah pembelajaran PAI yang saya lakukan telah sesuai dengan kompetensi yang diharapkan akan dicapai siswa?
c. Apakah saya telah membuat siswa merasa jenuh dengan pembelajaran PAI saya?
d. Adakah strategi-strategi lain yang lebih baik yang bisa digunakan untuk melaksanakan pembelajaran PAI ini selain strategi yang biasa saya gunakan?
e. Apakah ada alternatif kegiatan belajar lain yang juga cocok untuk pembelajaran PAI ini?
f. Adakah media pembelajaran yang lebih baik yang dapat dipakai untuk pembelajaran PAI ini selain media pembelajaran yang biasa saya gunakan?
g. Mengapa siswa saya tidak termotivasi untuk mengikuti pembelajaran PAI dari saya?
h. Apakah selama ini saya telah menggunakan instrumen evaluasi PAI yang tepat?
i. dan lain-lain[9].
2. Serangkaian pertanyaan tersebut harus dijawab dengan jujur oleh setiap guru PAI yang ingin terlibat/dilibatkan dalam kegiatan lesson study. Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas tentu akan mendorong guru PAI pada proses pencarian cara untuk menyempurnakan kekurangan-kekurangan PBM-nya selama ini.
3. Keberanian membuka diri untuk dapat menerima saran dari orang lain untuk peningkatan kualitas diri.
4. Keberanian untuk mengakui kesalahan diri sendiri.
5. Keberanian untuk mau mengakui dan memakai ide orang lain yang baik.
6. Keberanian memberikan masukan yang jujur dan penuh penghormatan

Jika guru PAI yang terlibat dalam kegiatan lesson study sudah memiliki atau menyadari pentingnya sikap-sikap di atas, maka langkah selanjutnya adalah memfokuskan kegiatan lesson study dengan cara menyepakati tema permasalahan dan pembelajaran yang akan diangkat dalam kegiatan. Kemudian kelompok lesson study dapat membuat perencanaan pembelajaran PAI yang akan dilakukan. Perencanaan pembelajaran ini dituangkan dalam bentuk perangkat pembelajaran dan lembar instrumen observasi pengumpulan data PBM.
Penyusunan lembar observasi untuk mengumpulkan data PBM merupakan suatu elemen penting lesson study yang didasarkan pada rencana pembelajaran yang disusun. Lembar observasi ini akan memandu pengamat untuk memperhatikan aspek-aspek khusus yang menjadi fokus kegiatan lesson study. Pengumpulan data dari hasil observasi PBM ini biasanya terkait dengan suasana kelas, ketercapaian tujuan pembelajaran, keterlaksanaan langkah-langkah pembelajaran yang telah direncanakan, hambatan-hambatan yang muncul saat PBM berlangsung, antusiasme siswa, dsb.
Perangkat pembelajaran adalah sejumlah bahan, alat, media, petunjuk dan pedoman yang akan digunakan dalam proses pembelajaran atau digunakan pada tahap tindakan (do) dalam kegiatan lesson study. Karena lesson study adalah kegiatan yang direncanakan, dilakukan dan dinilai bersama oleh kelompok, maka perlu disadari betul bahwa keberhasilan dan kegagalan PBM adalah tanggung jawab bersama semua anggota kelompok. Oleh karena itu tujuan utama penyusunan perangkat pembelajaran adalah agar segala sesuatu yang telah direncanakan bersama dapat tercapai.
Adapun perangkat pembelajaran yang disusun dalam tahap perencanaan (plan) suatu kegiatan lesson study meliputi:
1. Rencana Pembelajaran. Adapun komponen rencana pembelajaran PAI adalah:
1. Standar kompetensi dan kompetensi dasar, dalam hal ini kita harus memilih dari kurikulum PAI.
2. Pokok bahasan, dipilih dari kurikulum PAI.
3. Indikator, disusun sendiri oleh kelompok guru PAI dan dijabarkan dari standar kompetensi.
4. Model Pembelajaran, dipilih sesuai penekanan kompetensi dan materi.
5. Skenario pembelajaran, berisi urutan aktivitas pembelajaran siswa dan mencerminkan pilihan model Pembelajaran.
6. Urutan Metode Pembelajaran, disesuaikan dengan aktivitas siswa dan model pembelajaran.
7. Media pembelajaran, dipilih dan di urutkan sesuai skenario pembelajaran.
8. Instrumen evaluasi meliputi kognitif, afektif dan psikomotorik
2. Lembar Kerja Siswa ( LKS)
Berisi langkah- langkah kegiatan belajar siswa. LKS yang di susun dapat bersifat panduan tertutup yang dapat dikerjakan siswa, sesuai dengan tuntunan yang ada, atau dapat juga LKS yang bersifat semi terbuka. LKS model ini memberi peluang bagi siswa untuk mengembangkan kreativitasnya, walaupun masih ada peranan guru dalam memberikan arahan. LKS dapat juga berupa modul pembelajaran PAI. LKS model apapun yang di susun harus mampu memberikan panduan agar siswa dapat belajar dengan benar, baik dari segi proses keilmuan maupun dalam memperoleh konsep.
3. Teaching Guide (Panduan Guru )
Dalam Lesson study pembelajaran PAI perencanaan dibuat oleh kelompok guru PAI, namun pelaksanaannya tetap di lakukan oleh seorang guru. Agar apa yang direncanakan sesuai dengan yang dilaksanakan, maka perlu adanya pedoman/petunjuk guru. Panduan guru ini biasanya berisi bagaimana guru harus mengorganisasi siswa, mengunakan LKS, memimpin diskusi sampai bagaimana guru harus mengevaluasi.
C. Media Pembelajaran
Media pembelajaran yang dipergunakan dalam proses pembelajaran PAI di dapat berupa perangkat lunak seperti: lembar transparansi, gambar, CD maupun perangkat keras seperti : OHP, LCD, VCD Player, piranti demonstrasi ataupun piranti ekperimen. Perlu digarsibawahi bahwa Lesson Study melibatkan banyak orang, dalam kaitannya dengan manajemen waktu dan media pembelajaran, maka guru harus benar- benar melakukan uji waktu sebelum tampil, apalagi jika menggunakan perangkat untuk demonstrasi atau eksperimen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar